• Jl. Gegerkalong Hilir No.155 A, Sarijadi, Kec. Sukasari, Kota Bandung
  • 0812 2242 9223
  • Jl. Gegerkalong Hilir No.155 A, Sarijadi, Kec. Sukasari, Kota Bandung
  • 0812 2242 9223
Close

Kenali Penyebab, Gejala, Hingga Cara Mengatasi Anak Hiperaktif

Aqiqah Cimahi – Anak hiperaktif merupakan anak yang melakukan aktivitasnya dengan sangat aktif , mereka juga cenderung tidak mudah untuk dikendalikan. Kondisi ini biasanya ditandai dengan tidak mudah memusatkan fokus dan konsentrasi, tidak bisa duduk tenang, dan berbicara terlalu cepat.

Mari kenali penyebab, gejala, hingga cara mengatasi anak hiperaktif.

Penyebab Anak Hiperaktif

Anak hiperaktif merupakan suatu kondisi dimana anak sangat aktif tanpa melihat waktu, situasi, dan kondisi lingkungan di sekitarnya. Bahkan, kondisi ini bisa membuat anak susah untuk memusatkan fokus dan konsentrasinya sehingga bisa memengaruhi lingkungan sosial maupun prestasi di sekolah.

Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor terkait kondisi fisik maupun psikis. Biasanya, sejumlah kondisi yang bisa menyebabkan anak hiperaktif adalah sebagai berikut:

  • Attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD).
  • Gangguan otak dan sistem saraf.
  • Gangguan psikologis.
  • Gangguan mood seperti depresi dan kecemasan.
  • Gangguan tiroid (hipertiroidisme), gangguan otak, atau saraf pusat.
  • Mengalami bullying.
  • Konsumsi obat yang dapat mengganggu fungsi otak.

Gejala Anak Hiperaktif

Perlu dipahami, bahwa anak yang bergerak aktif serta lincah tidak melulu menjadi tanda bahwa ia adalah anak hiperaktif. Lebih tepatnya, sejumlah tanda-tanda yang pada umumnya dimiliki anak hiperaktif adalah sebagai berikut:

  • Selalu bergerak meskipun sedang duduk, seperti mengayunkan kaki atau menggerakan kepala.
  • Berbicara tanpa henti dan dengan suara tinggi.
  • Berlari dan berteriak meskipun sedang bermain di dalam ruangan.
  • Berjalan-jalan di dalam kelas saat guru sedang berbicara.
  • Bermain terlalu kasar hingga melukai orang lain maupun diri sendiri.
  • Kesulitan untuk duduk diam dan fokus saat mengonsumsi makanan.
  • Sering mengganggu orang lain.
  • Bergerak terlalu cepat hingga menabrak orang lain atau barang-barang di sekitarnya.
  • Anak tidak mau mengalah, tidak sabar, dan tidak mau berbagi.
  • Beraktivitas terus menerus dan hanya sedikit beristirahat atau tidur.

Perbedaan Anak Aktif dan Hiperaktif

Tidak jarang dari orang tua yang kesulitan membedakan apakah anaknya berperilaku aktif atau hiperaktif. Supaya tidak keliru, berikut merupakan beberapa perbedaan anak aktif dan hiperaktif yang perlu Ayah Bunda pahami.

  1. Dari Cara Berbicara

Biasanya, anak yang aktif lebih mudah untuk diajak berbicara dan memahami kosakata baru yang diajarkan padanya. Sebaliknya, anak hiperaktif biasanya berbicara dengan tempo yang cepat dan suka menyela atau menginterupsi orang lain yang sedang berbicara.

  1. Dari Suasana Hatinya

Pada umumnya, Anak aktif lebih bisa mengontrol emosi dan tidak mudah menangis, kecuali ketika ia dalam keadaan sedih, kesal, dan marah. Di sisi lain, anak hiperaktif biasanya lebih sensitif dengan rangsangan dari lingkungan sekitar. Kondisi ini membuat anak hiperaktif lebih gampang tersinggung dan merengek.

  1. Dari Fokus dan Perhatiannya

Beda halnya dengan anak aktif yang lebih bisa memusatkan fokus dan perhatian pada satu hal, perhatian anak hiperaktif biasanya lebih mudah teralihkan setiap mereka melihat hal-hal yang membuatnya tertarik dan penasaran.

  1. Dari Hubungan Sosialnya

Perbedaan anak aktif dan hiperaktif juga bisa dilihat dari pergaulan atau hubungan sosialnya. Ketika ia berinteraksi dengan teman-teman seumurannya, anak aktif biasanya lebih banyak disukai karena sifatnya yang mau mengalah, mau berbagi, dan lebih sabar, terlebih saat menggunakan alat-alat permainan bersama-sama.

Lain halnya dengan anak hiperaktif yang sering kali tidak mau mengalah dan tidak mau untuk berbagi mainan bersama teman-temannya. Hal tersebut tak jarang membuat anak hiperaktif lebih banyak tidak disukai atau bahkan dijauhi oleh teman-temannya.

  1. Dari Rasa Lelahnya

Apabila ia merasa lelah, anak aktif akan beristirahat atau tidur untuk mengembalikan energinya. Namun, anak yang hiperaktif berbada. Mereka akan tetap bermain dan bergerak seperti tak kenal rasa lelah. Bahkan, anak hiperaktif hanya akan menghabiskan sedikit waktunya untuk beristirahat.

Cara Mengatasi Kondisi Anak Hiperaktif

Anak Hiperaktif dapat ditangani melalui beberapa cara, yaitu melalui tindakan medis dan penerapan pola asuh orang tua yang tepat. Berikut masing-masing penjelasannya.

  1. Tindakan Medis

Penanganan anak hiperaktif tentunya beraneka ragam sesuai dengan penyebab yang mendasarinya. Namun, metode pengobatan yang umum dilakukan dokter untuk menangani kondisi anak hiperaktif biasanya:

  • Meresepkan obat-obatan, seperti dexmethylphenidate, amphetamine dan dextroamphetamine untuk mengendalikan gejala dan memberikan efek menenangkan.
  • Terapi bicara untuk mendiskusikan gejala yang dialami oleh anak bersama terapis.
  • Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioural therapy/CBT) untuk membantu mengubah pola pikir dan perilaku anak hiperaktif.
  1. Penerapan Pola Asuh Orang Tua yang Tepat

Di samping hal itu, cara lain yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan penanganan anak hiperaktif adalah dengan menerapkan jenis pola asuh yang tepat. Contonya, apabila si kecil sedang mengerjakan tugas, orang tua dapat menciptakan suasana senyaman mungkin dan menghindari berbagai hal yang dapat mengganggu konsentrasi anak, seperti televisi, ponsel, dan lain-lain.

Selain itu, orang tua juga perlu mengarahkan anak untuk menerapkan pola hidup sehat sebagai upaya menjaga keseimbangan fokus dan konsentrasi. Sejumlah pola hidup sehat yang bisa dilakukan untuk menangani anak hiperaktif sebagai berikut:

  • Mengajak anak untuk rutin berolahraga. Dengan berolahraga, anak dapat belajar disiplin, mengontrol diri, serta mengatur energi sebaik mungkin.
  • Memberikan makanan sehat dengan gizi seimbang.
  • Menghindari hal-hal yang dapat memicu gejala hiperaktif, seperti makanan atau minuman yang mengandung kafein dan paparan nikotin.
  • Melatih anak untuk mengontrol emosinya dengan baik.
  • Membuat peraturan yang jelas dan konsisten di lingkungan rumah.
  • Membuat jadwal harian yang terstruktur pada anak, mulai dari menentukan waktu untuk mandi, belajar, bermain, dan tidur.
  • Meningkatkan frekuensi aktivitas outdoor, seperti piknik, bersepeda, jalan santai, hiking, dan sebagainya.

Sumber: dancow.co.id

Penulis: Elis Parwati

Related Posts