• Jl. Gegerkalong Hilir No.155 A, Sarijadi, Kec. Sukasari, Kota Bandung
  • 0812 2242 9223
  • Jl. Gegerkalong Hilir No.155 A, Sarijadi, Kec. Sukasari, Kota Bandung
  • 0812 2242 9223
Close

Anak Bukanlah Pendengar yang Baik Tetapi Juara Dalam Meniru

Aqiqah Cimahi – Dalam tindakan atau perilaku antara orangtua dan anak kadang memiliki kesamaan namun punya perbedaan penyebutan contohnya ketika anak marah disebut pemarah, ketika orangtua marah disebut sedang menasehati, ketika anak teriak dan menjerit disebut diluar kendali, ketika anak teriak dan menjerit disebutnya sedang lelah dan jengkel, ketika anak memukul disebut melakukan kekerasan, ketika orang tua yang memukul disebutnya sedang mendisiplinkan, ketika anak tidak mau menjawab disebutnya tidak sopan, tapi ketika orangtua yang tidak mau menjawab maka disebut sedang sibuk.

Padahal, saat anak sedang dalam kondisi marah, maka ia pun akan belajar pada orangtuanya dalam mengendalikan marahnya.

Demikian juga ketika orang tua tidak menghormati saat anak sedang mengalami frustasi dengan meluapkan teriakannya maka jangan harap anak dapat menghormati orangtuanya ketika tengah frustasi.

Anak memang seorang peniru ulung. Setiap saat, mata anak selalu mengamati, telinganya menyimak, dan pikirannya mencerna apa pun yang Ayah Bundanya lakukan. Itu sebabnya, jangan heran jika anak bisa tumbuh menjadi sosok yang sangat mirip dengan Ayah Bunda dalam versi kecil.

Sebenarnya, tak ada yang salah dengan perilaku meniru, karena pada dasarnya meniru adalah proses pembelajaran alami semua makhluk hidup. Namun tentu harapannya anak sebisa mungkin meniru hal terbaik dari Ayah Bundanya.

Nah, karena Ayah Bunda adalah role model untuk anak, maka Ayah Bunda jugalah yang memutuskan perilaku seperti apakah yang ingin anak tiru dari Ayah Bunda?

Memberikan contoh yang baik adalah salah satu cara efektif mengingat anak adalah seorang peniru ulung. Berbuat baik bukan cuma kepada orang lain, tetapi juga kepada diri sendiri. Berbuat baik kepada diri sendiri membuat anak merasa aman dan cukup.

Ketika anak sudah merasa aman, dia bisa lebih banyak berbuat hal-hal positif untuk orang lain. Perlahan, anak juga belajar mengenai arti dan tujuan hidup yang positif. Ke depannya, buah hati tumbuh jadi individu optimistis, terbuka terhadap dunia luar, punya empati, mampu berinteraksi lebih baik.

Dalam sebuah penelitian disebutkan rasa stres menurun ketika seseorang melakukan hal-hal yang menimbulkan kebahagiaan. Katanya, anak yang sejak kecil diajari berbuat baik juga bisa merasakan kebahagiaan.

Tak perlu langkah besar untuk mengajari anak jadi orang yang baik. Gestur sederhana seperti tersenyum, menyapa dengan ramah, mengucapkan terima kasih dan maaf, bisa dilakukan orangtua selagi anak masih kecil. Ketika anak sudah mulai bisa bicara, orangtua bisa mengajak anak untuk merefleksikan apa yang sudah ia lakukan.

Sumber gambar: kompasiana

Penulis: Elis Parwati

Related Posts